candi Cangkuang.
Selamat datang
Candi Cangkuang yang pemeliharaannya saat ini dipindahtangankan dari kementrian Pariwisata kembali ke Kementrian Pendidikan memberikan angin baru bagi keberadaan objek wisata sebagai saksi sejarah bukan sekedar sumber penghasilan.
Beliau bercerita tentang candi yang baru digali pada tahun 1968 oleh seorang ahli purbakala DRS UKA Tjandrasasmita berdasarkan buku berjudul “Notulen Bataviaach Genoot Schap” karya seorang Belanda , Vorderman pada tahun 1893.
Pemugaran yang dilakukan hanya berdasarkan sekitar 40% batuan yang masih tersisa.  Berdasarkan  dari penelitian, belum diketahui sejarah asli Candi ini. Selain candi, juga ditemukan makan Arif Muhammad di tempat yang bersebelahan dengan candi. Saat ini Kampung PULO dihuni 6 kepala keluarga.
Bapak Zaki yang sudah menjadi guide sejak 1991-an bercerita, danau yang mengelilingi Pulo Cangkuang luasnya sekitar 21 hektar. Namun luas dan tingkat kedalamannya terus berkurang. Di salah satu sisi pulau ini, sendimen sudah semakin padat dan akhirnya sudah menyatu menjadi daratan.
Matinya rumput2 yang terdapat di sekitar candi ini karena diinjak oleh pengunjung candi. Pada akhirnya tanah tergerus air langsung menuju danau tanpa ada yang menahannya. Salah satu buktinya adalah sebuah batu yang dahulu tidak terlihat namun sekarang terlihat dengan jelas. Sendimentasi juga disebabkan oleh sampah dari rumah tangga dan juga enceng gondok yang jumlahnya semakin banyak dan harus secara rutin dibersihkan.
Efek lain dari sendimentasi ini adalah hilangnya populasi ikan jangjolang dan palai. Ikan tersebut kini berganti dengan ikan kain dan ikan gosong serta ikan sapu2.  Kerusakan lain juga disebabkan oleh ledadakan gunung galunggung pada 1982.
Sebagai bagian dari perbaikan, pada tahun 2010 diadakan pengerukan yang dilaksanakan oleh dinas PU. Dan juga penempatan dua pegawai PU untuk ikut selalu mengawasi daerah candi ini. Masyarakat sekitar juga secara rutin mengadakan gotong royong membersihkan enceng gondong di daerah ini.
Namun pada akhirnya, saat ini tidak ada lagi kegiatan gotong royong yang biasanya dilaksanakan setiap hari jum’at oleh warga asli Kampung PULO masyakat asli hanya menjaga wilayah rumah tinggal mereka saja.

0 komentar:

Posting Komentar